Kasus Deepfake yang Merusak Reputasi dan Mengancam Hak Asasi Perempuan
Di India, kasus baru kejahatan digital mengkhawatirkan terungkap. Seorang perempuan yang tidak memiliki akun media sosial sekalipun menjadi korban manipulasi wajah deepfake erotis yang disebarluaskan secara luas di berbagai platform digital. Foto wajahnya yang diambil secara diam-diam kemudian dipadukan dengan video dan gambar pornografi melalui teknologi kecerdasan buatan (AI), tanpa persetujuan maupun kontrol dari yang bersangkutan.
Kasus ini lebih dari sekadar pelanggaran privasi; ia adalah bukti nyata bagaimana teknologi canggih dapat dimanfaatkan untuk kejahatan digital berbasis gender yang merusak nama baik dan harga diri korban. Korban yang diketahui adalah seorang ibu rumah tangga dari Dibrugarh, Assam, baru menyadari wajahnya disalahgunakan setelah keluarganya mengajukan pengaduan ke polisi.
Fakta Kasus dan Penyalahgunaan Teknologi AI
Menurut penyelidikan polisi Assam, tersangka Pratim Bora, mantan kekasih korban yang juga seorang insinyur mekanik, menggunakan berbagai platform AI seperti Midjourney, Desire AI, dan OpenArt AI untuk membuat konten pornografi palsu dengan wajah korban. Ia bahkan memonetisasi konten tersebut melalui sistem berlangganan, menghasilkan pendapatan lebih dari satu juta rupee India hanya dalam beberapa hari sebelum penangkapan.
Selain merusak reputasi, pelaku juga memanipulasi algoritma untuk membuat figur digital “Babydoll Archi” seolah seorang influencer dewasa dengan jutaan pengikut. Akun yang dibuat dengan rapi memproduksi ratusan konten palsu yang tersebar luas, sementara korban dan keluarganya terisolasi karena tidak adanya akun resmi yang diketahui.
Tren ini bukan insiden terisolasi. Laporan Pi-Labs dari 2024 mengungkap bahwa insiden deepfake di India melonjak hingga 550% sejak 2019, dengan potensi kerugian triliunan rupiah akibat penyebaran konten palsu, manipulasi politik, dan eksploitasi perempuan. Data menunjukkan 75% warga India pernah terpapar konten deepfake, baik yang terkait tokoh umum maupun warga biasa.
Implikasi Sosial dan Hukum dari Deepfake Erotis
Persoalan deepfake erotis lebih dari sekadar masalah teknologi: ini adalah bentuk kekerasan berbasis gender yang memanifestasikan misogini dan pelanggaran serius atas hak privasi dan martabat seorang perempuan. Selain kerusakan psikologis, korban menghadapi stigma sosial, diskriminasi, dan tekanan mental yang berat.
Sayangnya, regulasi di India saat ini belum secara khusus mengatur konten deepfake, sehingga proses hukum seringkali lambat dan belum efektif memberi keadilan bagi korban. Kasus Babydoll Archi ini mendorong para ahli hukum dan aktivis untuk menyerukan revisi undang-undang terkait perlindungan hak digital, pengaturan penggunaan AI, dan penegakan hukum yang lebih tegas terhadap pelanggaran digital.
Cara Melindungi Diri dari Risiko Deepfake dan Kejahatan Digital
Di tengah pesatnya perkembangan teknologi AI, risiko penyalahgunaan tetap tinggi, terutama bagi perempuan dan kelompok rentan lain. Pencegahan dan perlindungan menjadi prioritas utama, dengan langkah-langkah seperti:
- Kewaspadaan dalam Penggunaan Media Sosial: Minimalkan berbagi foto dan data pribadi yang mudah diakses.
- Penggunaan Teknologi Verifikasi Digital: Memanfaatkan solusi verifikasi wajah dan identitas digital yang aman untuk mendeteksi dan mencegah manipulasi.
- Penguatan Regulasi dan Penegakan Hukum: Mendesak pembaharuan kebijakan yang jelas dan agresif dalam mengatasi konten deepfake.
- Edukasi dan Kesadaran Masyarakat: Meningkatkan pemahaman tentang risiko deepfake dan cara melaporkan konten bermasalah.
Beeza: Solusi Keamanan Identitas Digital untuk Menghadapi Ancaman Deepfake
Beeza hadir sebagai platform identitas digital yang menggabungkan teknologi blockchain dan biometrik mutakhir, termasuk liveness detection, untuk memastikan verifikasi identitas pengguna yang akurat dan aman. Dengan solusi Beeza, risiko manipulasi wajah, penyalahgunaan identitas digital, dan penyebaran konten palsu dapat diminimalisir.
Platform ini memberikan perlindungan menyeluruh yang memegang peranan penting di era AI yang penuh tantangan, terutama bagi mereka yang rentan terhadap eksploitasi visual tanpa izin.
Kesimpulan: Perlindungan Data dan Hukum Adalah Kunci Menghadapi Revolusi Digital Negatif
Kasus deepfake erotis di India mengingatkan kita bahwa kemajuan teknologi harus disertai perlindungan hukum dan keamanan digital yang kuat. Perempuan dan kelompok rentan lainnya butuh jaminan hak privasi dan martabat di ruang digital yang makin kompleks.
Meningkatkan kesadaran, memperkuat regulasi, serta mengadopsi teknologi verifikasi identitas digital seperti Beeza menjadi kunci penting dalam mencegah dan memerangi kejahatan digital berbasis AI.Lindungi identitas digital Anda dari penyalahgunaan dengan solusi terpercaya dari Beeza. Kunjungi beeza.id dan amankan hak digital Anda dengan teknologi liveness detection terkini!