Serangan siber semakin gencar menghantam sektor perbankan nasional. Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengungkap aplikasi Himbara seperti Livin, BRImo, dan BYOND by BSI menerima ratusan ribu serangan setiap hari. Fakta ini menjadi alarm serius bahwa keamanan digital tidak lagi bisa dianggap sebagai pelengkap, melainkan fondasi utama dalam menjaga kepercayaan nasabah dan keberlangsungan ekosistem finansial Indonesia.
Lonjakan Serangan Siber di Sektor Perbankan
Menurut pernyataan Wamen BUMN, setiap aplikasi Himbara harus menghadapi ratusan ribu percobaan serangan siber setiap harinya. Angka ini bukan sekadar statistik, melainkan cerminan dari meningkatnya agresivitas pelaku kejahatan digital yang menargetkan data sensitif dan transaksi finansial.
Serangan tersebut mencakup berbagai metode, mulai dari phishing, credential stuffing, malware injection, hingga distributed denial of service (DDoS). Tujuannya beragam: mencuri identitas pengguna, membobol sistem perbankan, atau sekadar mengganggu operasional layanan digital.
Jika tidak ditangani dengan serius, serangan ini berpotensi mengganggu kepercayaan masyarakat terhadap layanan perbankan digital. Padahal, transformasi digital di sektor keuangan saat ini sedang digenjot untuk mendorong inklusi keuangan nasional.
Mengapa Himbara Jadi Target Utama?
Aplikasi Himbara—yang meliputi Livin milik Bank Mandiri, BRImo milik BRI, dan BYOND by BSI—merupakan layanan digital dengan jumlah pengguna terbesar di Indonesia. Dengan jutaan pengguna aktif, aplikasi-aplikasi ini menyimpan data pribadi, data finansial, dan pola transaksi yang sangat bernilai bagi pelaku kejahatan siber.
Sektor perbankan sendiri menjadi sasaran favorit hacker karena tingginya potensi keuntungan. Selain itu, sistem perbankan yang kompleks sering kali membuka celah kerentanan yang bisa dieksploitasi jika tidak diperkuat dengan keamanan berlapis.
Risiko Nyata bagi Pengguna dan Institusi
Serangan siber terhadap aplikasi perbankan tidak hanya menimbulkan gangguan teknis, tetapi juga membawa risiko lebih besar:
- Kebocoran data pribadi – Nomor telepon, alamat email, hingga informasi finansial bisa dicuri dan disalahgunakan.
- Kerugian finansial – Penipuan, transaksi ilegal, dan pencurian saldo dapat terjadi jika sistem keamanan ditembus.
- Kehilangan kepercayaan – Nasabah cenderung meninggalkan layanan yang dianggap tidak mampu melindungi privasi dan keamanan mereka.
- Reputasi perusahaan terganggu – Sekali aplikasi dianggap tidak aman, citra institusi perbankan bisa menurun drastis.
Keamanan Siber Harus Dibangun Sejak Awal
Wamen BUMN menekankan pentingnya security by design, yakni membangun keamanan digital sejak tahap pengembangan aplikasi. Ini berarti keamanan bukan ditempelkan setelah aplikasi jadi, melainkan dirancang sebagai fondasi utama.
Konsep ini mencakup:
- Enkripsi end-to-end untuk melindungi data nasabah.
- Multi-factor authentication (MFA) agar login lebih aman.
- Audit sistem berkala untuk menutup celah keamanan.
- Monitoring real-time untuk mendeteksi serangan siber sejak dini.
Langkah ini penting karena serangan siber terus berkembang, dan pola serangan lama dengan cepat digantikan metode baru yang lebih canggih.
Privasi Data Jadi Isu Sentral
Selain soal teknis, isu privasi data pribadi pengguna juga menjadi perhatian utama. Masyarakat semakin sadar bahwa data adalah aset penting yang harus dijaga. Sekali data bocor, dampaknya bisa berlangsung jangka panjang.
Solusi perlindungan data pribadi perlu memastikan bahwa informasi sensitif tidak hanya diamankan, tetapi juga dikelola dengan transparan. Kepercayaan publik hanya bisa dibangun jika pengguna tahu bahwa data mereka benar-benar dilindungi dari kebocoran maupun penyalahgunaan.
Kolaborasi Jadi Kunci
Menghadapi serangan siber masif seperti ini tidak bisa hanya mengandalkan satu pihak. Diperlukan kolaborasi antara:
- Bank dan pengembang aplikasi untuk memperkuat sistem.
- Regulator untuk memastikan standar keamanan dipenuhi.
- Penyedia solusi keamanan digital yang menghadirkan teknologi enkripsi, autentikasi, hingga sistem verifikasi cerdas.
- Pengguna yang sadar akan pentingnya menjaga kredensial pribadi seperti PIN, password, dan OTP.
Menuju Ekosistem Digital yang Lebih Aman
Indonesia tengah berada di jalur percepatan transformasi digital, terutama di sektor finansial. Namun, percepatan ini harus diimbangi dengan keamanan. Serangan siber terhadap aplikasi Himbara menjadi pengingat bahwa pertumbuhan ekosistem digital tanpa keamanan yang kuat hanya akan menjadi bom waktu.
Institusi finansial, regulator, dan penyedia teknologi harus sama-sama memprioritaskan keamanan sebagai investasi, bukan biaya tambahan. Dengan begitu, kepercayaan publik bisa terus dijaga.
Saatnya Prioritaskan Perlindungan Data
Ratusan ribu serangan siber per hari adalah bukti nyata bahwa dunia digital penuh risiko. Namun, risiko ini bisa diminimalkan dengan solusi keamanan yang tepat:
- Proteksi data pribadi yang kuat.
- Sistem verifikasi digital yang transparan.
- Teknologi enkripsi untuk melindungi transaksi.
Jangan tunggu sampai kebocoran data atau serangan siber menghantam bisnis Anda. Pilih solusi keamanan digital yang dirancang untuk melindungi identitas, menjaga privasi, dan memperkuat kepercayaan pengguna.
👉 Kunjungi beeza.id untuk mengetahui bagaimana layanan perlindungan data modern bisa membantu menjaga keamanan digital Anda.